Laman

07 Juni, 2015

10 Kriteria Pemimpin Menurut Islam

:: 10 Kriteria Pemimpin Menurut Islam ::

Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut, karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya tersebut.
Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya :

1.             Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akhirat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal shaleh.

2.             Niat yang Lurus
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut.
Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.

3.             Laki-Laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).

4.             Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

5.             Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allah berfirman,
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).

6.             Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).

7.             Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”

8.             Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).

9.             Tegas
Tegas merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.

10.         Lemah Lembut
Doa Rasullullah :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya"
”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah berarti dapat dipercaya.
Karena itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya.Fatonah ialah cerdas. Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.

Setelah kita mengetahui sebagian ciri- ciri pemimpin menurut islam. Marilah kita bijak dalan memilih dan membuat diri kita mendekati bahkan jika bisa menjadi seperti ciri- ciri pemimpin diatas.

Semoga bermanfaat :)

06 Juni, 2015

CARA UNTUK MENGOBATI RASA SOMBONG

Ada tiga cara untuk menolak atau mengobati rasa sombong.
Pertama, kita harus mengingat kembali asal penciptaan manusia. Tentang hal ini, Allah SWT berfirman:
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” (QS. Ath-Thaariq: 5-7).
Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :
“Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.” (QS. ‘Abasa:18-19).
Demikianlah tindakan pertama untuk mencegah atau mengobati sifat sombong yang perlu kita perhatikan. Itulah salah satu resep mujarab untuk membasmi penyakit-penyakit rohaniah yang sangat besar bahayanya.
Kedua, senantiasa mengingat kematian. Tentang hal ini Allah SWT berfirman :
“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu’ah: 8).
Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa dengan memperbanyak mengingat mati, kita menjadi sadar tentang segala hal yang kita sombongkan di dunia. Padahal, semuanya akan kita tinggalkan, dan kita kembali kepada Allah SWT. Hanya kain mori (kain kafan) penutup badan, yang akhirnya hancur dan dimakan cacing.
Ketiga, Banyak-banyaklah bargaul dengan orang yang di bawah kita, agar kita dapat bersyukur kepada Allah SWT atas kelebihan dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita, agar timbul belas kasihan kita kapada orang lain. Kita juga harus selalu melihat kebawah, bagaimana jika seandainya nasib si miskin menimpa kita, tentu kita tidak menginginkannya. Dengan demikian, timbul rasa syukur kita kepada Allah SWT dan belas kasihan kita kepada si miskin dan lemah. Bukan malah menyombongkan diri, merendahkan mereka, dan menyakiti mereka yang memang serba kekurangan. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku agar diantara manusia saling merendahkan hati (tidak menyombongkan diri) sehingga seseorang terhadap yang lainnya tidak saling menindas atau menyombongkan diri dengan yang lainnya.” (HR.Muslim).

Takut Sial adalah Syirik dan Sifat Orang Kafir

Takut Sial adalah Syirik dan Sifat Orang Kafir

Allah ta’ala berfirman,
“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” [Al-A’rof: 131]
Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
ومعنى: {يطيروا بموسى ومن معه}: أنه إذا جاءهم البلاء والجدب والقحط قالوا: هذا من موسى وأصحابه؛ فأبطل الله هذه العقيدة بقوله: ألا إنما طائرهم عند الله
“Makna firman Allah ta’ala, “Mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya”, bahwasannya apabila mereka ditimpa musibah, kemarau dan kekeringan, mereka berkata, “Ini kesialan karena Musa dan pengikut-pengikutnya”, maka Allah membatilkan keyakinan ini dengan firman-Nya, “Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah”.” [Al-Qoulul Mufid, terbitan Dar Ibnil Jauzi KSA, 1/561]
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Aalus Syaikh hafizhahullah berkata,
أن هذا التطير من صفات أعداء الرسل، ومن خصال المشركين، وإذا كان كذلك فهو مذموم، ومن خصال المشركين الشركية، وليست من خصال أتباع الرسل، وأما أتباع الرسل فإنهم يعلقون ذلك بما عند الله من القضاء والقدر، أو بما جعله الله -جل وعلا- لهم من ثواب أعمالهم أو العقاب على أعمالهم كما قال تعالى : أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ
“Bahwa takut sial adalah termasuk sifatnya musuh para Rasul dan karakter kaum musyrikin, jika demikian maka ia tercela, bahkan termasuk karakter kaum musyrikin yang syirik. Adapun pengikut para Rasul maka mereka menghubungkan kesialan itu dengan apa yang ada di sisi Allah yaitu Qodho dan Qodar, atau dengan apa yang telah Allah jalla wa ‘ala tetapkan untuk mereka sebagai pahala atas amalan-amalan mereka maupun hukuman atas kejelekan-kejelekan mereka, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah”.” [At-Tamhid, terbitan Daarut Tauhid 1424 H, hal. 337-338]
Beberapa Pelajaran:
1) Seorang mukmin harus meyakini bahwa yang mampu untuk memberikan manfaat dan menimpakan mudarat hanya Allah tabaraka wa ta’ala.
2) Merasa takut sial, yaitu meyakini sesuatu seperti waktu-waktu tertentu, suara-suara tertentu dan angka-angka tertentu dapat mendatangkan kesialan atau kemudaratan adalah syirik kepada Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menegaskan,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلَّا، وَلَكِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Takut sial itu syirik.” (Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata): “Tidak ada seorang pun dari kami kecuali merasa takut sial, akan tetapi Allah ‘azza wa jalla menghilangkannya dengan tawakkal.” [HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Daud, At-
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 429, Shahihul Jaami’: 3960]
3) Merasa takut sial adalah kebiasaan orang-orang kafir, jadi selain itu syirik, juga tasyabbuh kepada mereka, maka dalam ayat ini terkandung peringatan bahwa tasyabbuh kepada orang-orang kafir termasuk jalan yang mengantarkan kepada syirik.
4) Sifat kaum mukminin senantiasa bersandar kepada Allah tabaraka wa ta’ala, karena semua yang terjadi di alam ini, manfaat maupun bahaya, baik dan jelek, semuanya adalah ketetapan Allah ‘azza wa jalla.
5) Diantara sebab kesialan adalah dosa-dosa hamba, Allah ta’ala menimpakan kemudaratan kepadanya karena dosa-dosanya.

Akhirat Kau Gadai, Dunia Tak Jua Kau Gapai

Dulu, Aku sangat kagum pada orang cerdas, kaya, dan yang berhasil dalam karir. Hidup sukses dan hebat dalam dunianya.
Sekarang, Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku. Aku kagum dengan orang yang hebat di mata Allah. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan bersahaja.
Dulu, Aku memilih marah ketika merasa harga diriku dijatuhkan oleh orang lain yang berlaku kasar padaku dan menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran.
Sekarang, Aku memilih untuk banyak bersabar & memaafkan. Karena Aku yakin ada hikmah lain yang datang dari mereka ketika aku mampu memaafkan dan bersabar.
Dulu, Aku memilih mengejar dunia dan memupuk harta. Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan dan minum untuk hari ini.
Sekarang, Aku memilih bersyukur dengan apa yang ada dan memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan apa yang bisa aku lakukan dan bermanfaat untuk Agama dan sesamaku.
Dulu, Aku berfikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara dan teman-temanku jika aku berhasil dengan duniaku. Ternyata yang membuat mereka bahagia bukan itu, melainkan ucapan, sikap, tingkah dan sapaanku kepada mereka.
Sekarang aku memilih unyuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.
Dulu, fokus pikiranku adalah membuat rencana-rencana dahsyat untuk duniaku. Ternyata aku menjumpai teman-teman dan saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya.
Sekarang, yang menjadi fokus pikiran dan rencanaku adalah bagaimana agar hidupku dapat diridhai oleh Allah dan sesama jika suatu saat diriku dipanggil oleh-Nya.
Tak ada yang bisa memberikan JAMINAN bahwak aku bisa MENGHIRUP NAFAS ESOK hari. Jadi apabila hari ini dan hari esok aku masih hidup, itu adalah karena kehendak-NYA semata.

VIRUS MALAS, BIKIN HIDUP JADI REDUP

Malas itu seperti narkoba yang "nikmat" di awalnya tapi merusak pada akhirnya. Begitu juga dengan malas, pemalas akan merasakan nikmat sesaat karena merasa terbebas dari rutinitas dan pekerjaan yang mestinya harus dilakukan. Virus malas ini juga mudah menyebar. Malas dalam satu aktivitas akan menyebabkan malas dalam aktivitas yang lain.
Abdullah bin Mas'ud pernah mengatakan," Tak ada yang lebih memberatkan pandangan saya selain melihat seseorang yang tidak melakukan untuk 23 pekerjaan dunianya dan tidak pula akhiratnya." Ibnu Hajar dalam kitabnya," Malas adalah meninggalkan sesuatu yang baik padahal ia mampu melakukannya." Sedangkan Al-Aini, seseorang yang menulis Syarah al-Bukhari mengatakan,"Malas adalah lemahnya kemauan, lebih mengutamakan rehat daripada lelah bekerja".
Malas itu penghalang banyak kebaikan.
Banyak kebaikan terhalang karena sifat malas, baik kebaikan dunia maupun akhirat. Penyesalan akibat malas tak hanya diderita di dunia tapi juga di akhirat. Orang yang malas menuntut ilmu, misalnya, akan membuatnya menjadi bodoh. Dengan kebodohannya setan akan mudah menyesatkannya karena kebodohan adalah jalan paling lempang bagi setan untuk menyesatkan manusia. Begitu juga orang yang malas bekerja, ia akan menjadi orang fakir, sementara kefakiran lebih dekat kepad kekufuran.
Rasulullah SAW pernah bercerita bahwa di alam kubur, sifat malas kelak akan diserupakan dengan orang yang buruk rupa. Ia berkata, "Aku adalah amalmu yang buruk, kamu dahulu dalam ketaatan namun rajin dalam bermaksiat. Allah akan membalasmu dengan keburukan."(HR. Ahmad)
Selain karena tertulari oleh teman yang malas, malas bisa disebabkan karena tidak adanya target yang jelas dan menggairahkan dalam hidupw dengan begitu ia tidak merasa ada yang salah dengan malasnya.
Untuk menyembuhkan malasnya hendaknya kita memikirkan akibat yang timbul di kemudian hari. Selain itu, terkadang kita juga perlu memaksa diri untuk berbuat. Amru bin Qais pernah berkata," Jika sampai di hadapanmu suatu kebaikan, kerjakanlah meskipun berat. Dengan begitu kelak kamu akan senang menjalaninya". Cara lain untuk menghindari malas adalah dengan bersegera berpindah ke amalan lain setelah selesai mengerjakan satu amalan. Jangan biarkan menganggur terlalu lama, karena waktu luang bisa membuat kita terbuai untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Let's start now, tak ada ruang untuk malas meskipun hari ini libur! smile emotikon

Ciri - Ciri Sahabat Sejati Versi Islam

“Sahabat Sejati” adalah sebuah sosok yang selalu didambakan oleh setiap manusia. Hal tersebut merupakan refleksi atas fitrah manusia yang selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial, yang saling membutuhkan satu sama lain. Jika kita mencari seseorang yang mau hidup menyendiri selamanya, maka kita akan menemukan 1 dari seribu orang yang menolaknya, atau bahkan nihil. Karena walau bagaimanapun, sebagai makhluk sosial tentu saja seseorang akan selalu membutuhkan bantuan dan dibutuhkan bantuannya oleh orang lain, minimal untuk berdialog, diskusi, berbagi ide, atau sekedar berbagi rasa (sharing).
Islam juga telah menjelaskan arti pentingnya sebuah persaudaraan. Dalam sebuah sabdanya Rasulullah saw mengatakan, “Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya ibarat sebuah bangunan, dimana bagian yang satu akan menguatkan bagian yang lainnya.”
Persahabatan adalah bagian dari sebuah hubungan persaudaraan. Untuk itu, sudah selayaknyalah bagi kita untuk menjaga dan mengikat tali persahabatan tersebut dengan kuat. Untuk menjaga tali persahabatan ini agar tetap kokoh tentu saja diantara keduanya harus saling mengenal karakter masing-masing sahabatnya. Hal itu mutlak diperlukan untuk menguatkan sebuah tali persahabatan. Ibarat kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”, kalau kita tidak mengenal sahabat kita dengan baik, bagaimana mungkin kita akan saling menyayangi. Dan kalau tidak ada rasa kasih sayang antar sahabat, lalau bagaimana mungkin tali persahabatan akan dapat terikat dengan kuat.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya telah memberikan tips atau pandangan atau ciri-ciri secara global mengenai sifat persahabatan, diantaranya adalah:
·  Jika engkau berbuat baik kepadanya maka ia juga akan senantiasa melindungimu.
·  Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya maka ia akan membalas dengan baik persahabatanmu itu.
·  Jika engkau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berusaha untuk membantu sesuai dengan kemampuannya.
·  Jika engkau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambutnya dengan baik.
·  Jika ia memperoleh kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu.
·  Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu (aib), maka ia akan berupaya untuk menutupinya.
·  Jika engkau meminta suatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan bersungguh-sungguh.
·  Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang tengah kau hadapi.
·  Jika bencana datang menimpamu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu.
·  Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
·  Jika engkau merencanakan suatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencanamu itu.
·  Jika kalian berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang m
engalah untuk menjaga kepentingan persahabatan itu.
Itulah beberapa poin mengenai ciri-ciri seorang sahabat sejati yang diberikan oleh Imam Al-Ghozali. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan akan adanya perkembangan akan poin-poin di atas yang meluas berdasarkan perkembangan waktu/zaman. Yang perlu kita pegang teguh adalah “Selamanya, sahabat sejati akan selalu membawa kita kepada hal-hal yang positif, yang dapat meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah”.

twitter